MENDENGAR..
Terkadang terdapat suatu keadaan dimana dalam suatu organisasi (bisa formal maupun informal), pemimpin lebih meminta untuk didengar oleh mereka-mereka yang dipimpinnya (selanjutnya baca: pihak terpimpin), bukannya malah mendengar. Hal ini bisa berdampak buruk karena bisa menimbulkan suatu kondisi yang bisa disebut dengan undiscussable. Komunikasi dua arah dalam organisasi tidak berjalan sebagaimana mestinya, karena hanya terdapat informasi yang berjalan secara top down saja. Dampak selanjutnya bisa saja terjadi demotivasi, atau separah parahnya kaburnya para pihak terpimpin ke tempat lain yang bisa memberinya ruang kenyamanan dalam bekerja dan menjadi bagian dari suatu organisasi. Sudah sewajarnya pihak terpimpin ini juga punya keinginan untuk didengar, diapresiasi oleh pemimpinnya. Pada keadaan yang normal, dengan adanya apresiasi, mereka selanjutnya pasti akan memberikan segala yang terbaik yang dimilikinya untuk organisasi tersebut. Apalagi kalau sudah ditambah lagi dengan adanya keterikatan jiwa terhadap organisasi, maka pasti akan lebih luar biasa hasil yang didapat/output yang diberikan terhadap organisasi.
Dalam berbagai buku kepemimpinan, banyak disebutkan tentang pentingnya kemampuan MENDENGAR bagi mereka yang hendak menjadi pemimpin. Dengan menyediakan telinga kita untuk mendengar yang disertai kesadaran penuh untuk berempati dan menekan ego sebagai pemimpin, seorang pemimpin akan mendapatkan banyak manfaat. Berikut manfaat-manfaat tersebut:
1. Menunjukkan penghormatan terhadap orang lain, dalam hal ini pihak terpimpin. Sebagaimana sudah sering kita dengarkan nasihat, “Kalau ingin orang lain hormat terhadap diri kita, hormati juga orang lain”. Rasanya akan lebih mudah dalam mendirect orang lain ketika orang lain itu sudah menaruh respect terhadap dirinya sebagai pemimpin, sehingga orang-orang tersebut secara sukarela dan sadar melakukan apa yang diminta pemimpinnya.
2. Lebih mudah menarik simpati orang lain. Seorang pemimpin harus bisa bekerja melalui tangan orang lain untuk dapat meraih tujuan organisasi. Sama halnya dengan poin nomor 1, pihak terpimpin seakan terhipnotis untuk bekerja sesuai apa yang diminta pemimpinnya bila telah muncul rasa simpati dalam dirinya. Saat rasa simpati telah muncul, dampak ikutannaya adalah munculnya hubungan yang lebih kuat dan mendalam antara pemimpin dengan mereka yang dipimpinnya. Ini karena pihak terpimpin merasa kebutuhannya untuk setidaknya didengar telah terpenuhi.
3. Meningkatnya pengetahuan. Apalagi dalam organisasi yang sangat besar dimana terdapat tingkatan/level yang cukup jauh antara pimpinan puncak dengan level akar rumput. Dalam kondisi seperti ini pemimpin puncak sangat butuh informasi terkait jalannya organisasi yang tidak mungkin didapatnya dengan mencari tahu/melihat/memantau secara langsung,, sendirian pula. Dibutuhkan masukan dari tingkatan pemimpin di bawahnya yang hanya bisa didapatnya dengan mendengar.
4. Terciptanya ide-ide baru. Masukan dari orang lain, apalagi dari pihak-pihak terpimpin yang notabene merupakan tulang punggung utama berjalannya organisasi bisa menjadi sebab munculnya inovasi.
5. Meningkatnya loyalitas dari pihak terpimpin terhadap pemimpinnya. Penjelasan yang sama kurang lebih dengan poin nomor 1.
Catatan:
Manfaat-manfaat di atas bisa jadi hanya berupa catatan di atas kertas semata apabila kemampuan mendengar tidak diikuti dengan kemampuan dan kemauan untuk taking an action dari para pemimpin. Khususnya menggarisbawahi pada poin 3 di atas, jangan sampai over of input, but then there’s no output..hehe..Tambahan lagi, pemimpin beda dengan pimpinan..Klo dalam bahasa Inggris pemimpin kan Leader, sedangkan kepemimpinan diterjemahkan dari Leadership. Klo kepepimpinan apaan ya?, Bossship kali ya…J
Dans la nuit de Dimanche a Lundi..
19 Fevrier..
Kwitang Village..
Dampak membaca salah satu artikel di Suplemen Bisnis Indonesia..Dengan pengurangan disana sini, dan penambahan seperlunya..