Selasa, 15 Maret 2011

Abis Baca Buku Golongan Darah


Alhamdulillah wa Syukurillah kita masih diberikan nikmat kesehatan sampai dengan saat ini. Betapa berharganya nikmat kesehatan ini, betapa mahalnya sehat yang kita miliki. Kita mungkin akan benar-benar baru bisa mengerti berapa sih harga dari sehat yang kita punya ketika telah ada penyakit yang mengendap dalam raga kita. Jadi, simpulan awalnya ya kita tidak perlu merasakan dulu gimana rasanya jadi orang yang “penyakitan” untuk bisa tahu betapa berartinya kesehatan. Selanjutnya ya tak ada lagi hal lain yang bisa kita upayakan selain mencegah sakit itu datang, menjaga karunia Allah SWT berupa kesehatan itu.    
Beberapa waktu yang lalu ketika keadaan mengharuskan saya mengunjungi seorang dokter umum, saya berkeluh kesah tentang apa yang saya rasakan. Beruntungnya saya, pak dokter mau meluangkan waktunya untuk mendengarkan saya karena memang juga kebetulan saya datang pada antrian pasien terakhir malam itu. Sangkaan saya dokter ini pasti melakukan hal yang sama terhadap semua pasien yang datang ke tempat praktiknya. Tidak seperti dokter-dokter di  Jakarta, yang menurut sebuah tulisan yang pernah saya baca (saya lupa di Koran, majalah, atau internet) bahwa dokter-dokter itu tak ubahnya Sales Obat - pasien datang, dengar keluhannya, ambil obat, suruh bayar -, terkesan kejar setoran.
Salah satu hasil percakapan dengan pak dokter yang masih saya ingat yaitu bahwa saya dilarang makan ini, makan itu,karena golongan darah yang saya punyai. Saya tidak terlalu kaget karena beliau bukanlah yang pertama kali mengingatkan saya perihal ini. Sebelumnya dokter di poliklinik kantor lama juga pernah menyampaikan hal yang sama ketika sesekali saya mengunjunginya sekedar untuk cek tensi dan nimbang bobot. Pada awalnya, saya tidak terlalu memperhatikan masalah ini, tapi lama-lama saya berpikir juga. Masalahnya, apa yang dipantangkan itu adalah makanan sehari-hari saya. Awalnya saya pikir tidak ada hubungan antara golongan darah dengan apa yang boleh dan tidak boleh kita asup. Saya rasa apa yang selama ini menjadi pantangan umum saja yang memang harus kita hindari, setidaknya kita minimalkan dalam pengonsumsiannya. Jangan terlalu banyak makan daging kambing, karena bikin darah tinggi; jangan kebanyakan makan jeroan, karena banyak lemaknya (betul kan??); jangan makan daging B2, itu jelas-jelas haram; jangan kebanyakan makan jengkol, karena kenyamanan umum bisa terancam. Saya pikir dengan melaksanakan kaidah-kaidah yang baru saja saya sebutkan di atas sudah cukup.  Ternyata tidak, masih ada satu lagi yang harus kita perhatikan: apa sih golongan darah kita. Kemarin waktu iseng-iseng mengunjungi toko buku diskon, akhirnya saya bulatkan tekad membeli satu buku yang bertutur tentang hidup sehat berdasarkan golongan darah. Bukunya kecil, tipis, cocok buat dibaca sambil menunggu antrian teller pas lagi pergi ke bank. Buku saya dapat, seselesainya saya khatamkan nanti akan coba saya sarikan. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar